Hubungan budaya antara Iran dan Indonesia

Hubungan budaya antara Iran dan Indonesia

Dalam sejarah hubungan masyarakat Iran dengan bangsa lain, hubungan dengan bangsa Indonesia, terutama hubungan budaya selalu memiliki arti dan tempat yang khusus. Untuk lebih memahami hubungan erat ini, cukup dengan melihat beberapa aspek sejarah dan budaya dari hubungan kedua negara. Sejarah periode Islam di Indonesia dan bagian lain dari Kepulauan Melayu mengingatkan kita bahwa para saudagar Iran, terutama setelah pembentukan pemerintahan Islam, melakukan perjalanan secara ekstensif ke wilayah ini dan berkontribusi pada syiar dan penyebaran Islam. Batu nisan Maulana Malik Ibrahim (Wafat :  822 H) di Gresik, serta makam Hussein Khair bin Amir Ali Astarabadi ( Wafat : 733 H) dan makam Hussein Farsi (Wafat : 822 H) di Sumatera dan Jawa, merupakan sebagian di antara bukti sejarah yang membenarkan dalam dan eratnya hubungan historis Iran dan Indonesia. Ibnu Batutah yang pernah berkunjung ke pulau Sumatera pada tahun 1345 dan 46 Masehi, menyebut kehadiran beberapa utusan Iran bernama Behrouz, Hakim Syarafuddin Amir Seyed Shirazi dan Tajuddin Isfahani dan lainnya. Sultan Aladdin Shah, raja Malaka yang berkuasa, dipengaruhi oleh para penasihat dan cendekiawan Iran. Hal ini menyebabkan budaya politik kerajaan, beraroma Iran dan para Muslim di India mampu menghadirkan tradisi yang menyenangkan bagi saudara-saudra Muslim mereka di Indonesia dan negara-negara berbahasa Melayu di wilayah ini. Sistem administrasi, gelar dan gaya pakaian, arsitektur istana dan taman para sultan Muslim Iran, bersama dengan ciri-ciri tasawuf dan mistik Islam Iran, adalah dua aspek dasar dan menarik dari budaya dan peradaban Islam Iran yang telah tersebarluas di istana bangsawan Aceh dan daerah lain di Indonesia. Aspek lain dari pengaruh budaya Iran adalah pengaruh peradaban Persia yang langgeng terhadap peradaban Melayu. Bahasa Persia disamping penyebarannya secara langsung dipromosikan oleh para muhajir Iran juga para muslim India berkontribusi besar terhadap perluasan bahasa ini di wilayah Melayu sehingga pada batu nisan sebagian Muslim Sumatera terdapat syair-syair dan puisi dari penyair besar Iran seperti Saadi. Patut diketahui bahwa saat ini ada sekitar 400 kata Persia dalam bahasa Indonesia. Kata-kata seperti matahari, anggur, ayah, burung bulbul, bandar, gandum, menara, kurma, takht dan sebagainya. Di bidang mistik dan filosofis, pengaruh pemikiran mistik dan filosofis para pemikir Iran dapat dilihat dengan baik pada karya sastra klasik dan mistik Indonesia, terutama karya-karya yang berkaitan dengan abad ke-17, seperti Sharabul Ashiqin dan Asrarul Arifin. 

Unsur-unsur dan kesamaan warisan budaya dan sejarah ini selalu menjadi landasan dan peluang yang baik untuk mengembangkan dan memperkuat hubungan antara dua wilayah budaya dan peradaban dunia Islam, yaitu wilayah Iran dan wilayah Melayu, khususnya Iran dan Indonesia sebagai pusat dan basis utama kedua budaya dan peradaban.

 

Hubungan budaya bilateral kontemporer

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Islam terbanyak. Jumlah penduduknya 274.8 juta jiwa dan 87% penduduknya beragama Islam. Kesamaan budaya Iran dengan Indonesia dari sudut pandang agama, dan tentu saja kitab tunggal (Al-Qur'an), nabinya yaitu Muhammad dan identitas keislaman, serta dari sudut pandang linguistik, merupakan potensi yang perlu diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut, soft diplomacy atau diplomasi budaya antar dua negara memiliki potensi perluasan yang sangat tinggi.

Dalam kunjungan Presiden Republik Islam Iran Ayatullah Raisi ke Indonesia pada tanggal 23 dan 24 Mei 2023, telah ditandatangani program pertukaran budaya antara Iran dan Indonesia, salah satu dokumen budaya terpenting antara kedua negara. Sehubungan dengan itu, berbagai bidang kerjasama kebudayaan dapat dilaksanakan dalam bidang-bidang sebagai berikut:

Kerjasama di bidang keilmuan dan akademik, menyelenggarakan berbagai pameran budaya, ekonomi budaya, merek halal, buku, dll, memperluas diplomasi budaya (mengadakan berbagai konferensi dan seminar), pekan budaya antar kedua negara, pekan film dan pemutaran film kedua negara, pertukaran delegasi akademisi, beasiswa mahasiswa dari kedua belah pihak, kehadiran aktif start-up kedua negara di berbagai sektor, produksi film bersama kedua negara dan banyak program budaya beragam lainnya merupakan bagian dari program budaya penting ini.

Bahasa Persia juga dapat digunakan sebagai salah satu alat penting transfer budaya dan mengenalkan Iran, dan Indonesia tidak terkecuali dalam aturan ini. Hal ini menjadi lebih mudah, mengingat sejarah hubungan kedua negara dan adanya 400 kata dari bahasa Persia di dalam bahasa Melayu. Oleh karena itu, untuk memperkuat poin tersebut, pengajaran bahasa Persia saat ini diterapkan di tujuh universitas terkemuka di Indonesia untuk para dosen dan mahasiswa, dan Iran Corner di tujuh universitas tersebut juga mempunyai tugas untuk memperkenalkan Iran saat ini.

Diplomasi Al-Quran juga merupakan salah satu alat yang penting dan efektif di Indonesia. Pada tahun 1401 HS (2022-2023), beberapa tokoh Al-Quran internasional negara kita berkunjung ke Indonesia dan melantunkan bacaan Al-Quran di berbagai provinsi di negara ini dalam rangka mentransfer kapasitas Republik Islam Iran dan prestasi Al-Quran ke Indonesia. Tahun ini juga, para qari Al-Quran Republik Islam berhasil meraih juara pertama dalam MTQ internasional di Indonesia.

Kehadiran para qari Indonesia tahun 1402 HS (2023-2024) pada MTQ Internasional ke-40 di Republik Islam Iran juga menjadi tanda diplomasi Al-Quran kedua negara guna meningkatkan interaksi budaya.