ASEAN
Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara bernama ASEAN dibentuk pada 8 Agustus 1967, ketika menteri-menteri luar negeri dari lima negara yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, menandatangani Deklarasi ASEAN di Bangkok.
Pada tahun 1984, Brunei menjadi anggota keenam ASEAN dan pada 28 Juli 1995, Vietnam bergabung sebagai anggota ketujuh. Laos dan Myanmar (sebelumnya Burma) bergabung dua tahun kemudian pada 23 Juli 1997. Kamboja bergabung pada 1999. Papua Nugini dan Timor Leste adalah anggota pengamat dan menunggu aksesi ke ASEAN. Sekretariat ASEAN terletak di Jakarta, Indonesia dan kepemimpinannya berdasarkan rotasi tahunan dan Vietnam secara resmi mengambil alih kepemimpinan pada 2019.
Prioritas ASEAN adalah untuk secara aktif berkontribusi pada perdamaian regional, stabilitas dan keamanan, menciptakan kemakmuran melalui integrasi dan komunikasi regional, meningkatkan kesadaran mengenai komunitas dan identitas ASEAN, berkontribusi pada perdamaian dan pembangunan berkelanjutan, dan memperkuat peran ASEAN dalam komunitas internasional, dengan solidaritas dan pendekatan integritas. Moto ASEAN adalah "Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas ".
Sebagai salah satu persatuan global paling efektif/berpengaruh selama 50 tahun terakhir, ASEAN telah menjadi ikon kerja sama konstruktif internasional dan perkembangan regionalisme di Asia Tenggara yang meningkat ke Komunitas ASEAN pada tahun 2015.
Secara geografis, ukuran ASEAN adalah 4.522.518 Km2 dan populasinya mencapai sekitar 650 Juta orang yang merupakan blok perdagangan terbesar ke-3 setelah NAFTA (AS, Kanada, dan Meksiko) dan Uni Eropa (Perserikatan Eropa) serta beberapa anggotanya, seperti Indonesia, sedang mencoba untuk menjadi [negara] ekonomi terbesar keempat di dunia pada tahun 2030. Pendirian ini diperoleh dari hubungan politik-ekonomi yang luas serta kolaborasi komprehensif dengan mitra strategis utama seperti AS, Cina, Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, Rusia dan Brasil dan secara aktif merangkul semua kemitraan dengan semua bisnis internasional dan lembaga keuangan.
Perkembangan dan kemajuan ekonomi ASEAN berkaitan erat dengan perkembangan politik-keamanan di Asia Tenggara dan Pasifik, mewajibkan ASEAN untuk menggunakan inisiatif yang bijaksana sejalan dengan kemajuan dan pembangunan ekonomi untuk mempertahankan dan memperluas pasar yang didasarkan pada peningkatan ekspor dan integrasi perdagangan untuk membuka jalan bagi pengembangan komprehensif – ASEAN telah membentuk mekanisme dan menyimpulkan banyak perjanjian di bidang ekonomi dan politik.
Anggota ASEAN sangat menyadari fakta bahwa melalui integrasi ekonomi dan membentuk pasar regional yang stabil, investasi asing langsung dengan mudah menuju kawasan ini.
Hubungan antara Republik Islam Iran dan ASEAN
Mengingat kesamaan historis, budaya, agama dan geografis, hubungan antara Iran dan negara-negara Asia Tenggara memiliki catatan yang mengakar dan cukup besar – sehingga hubungan diplomatik di antara negara-negara ini sudah ada sejak beberapa dekade yang lalu.
Republik Islam Iran saat ini memiliki hubungan diplomatik dengan 10 negara anggota ASEAN dan memiliki kedutaan besar di 6 negara yakni di Indonesia, Malaysia, Filipina, Brunei, Thailand, dan Vietnam.
Duta Besar Republik Islam Iran untuk Vietnam diakreditasi untuk Kamboja dan Duta Besar Republik Islam Iran untuk Thailand diakreditasi untuk Myanmar dan Laos.
Republik Islam Iran juga memiliki Duta Besar non-residen di Singapura. Secara timbal balik, enam negara yakni, Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Brunei dan Vietnam juga telah membuka kedutaan mereka di Tehran dan Singapura juga memiliki duta besar non-residen di Iran.
Republik Islam Iran memiliki hubungan komersial dan ekonomi dengan sebagian besar negara anggota ASEAN dan mengekspor minyak bumi, gas alam, petrokimia, bahan makanan, kacang-kacangan, permesinan, kapas dan permadani ke negara-negara ini, serta mengimpor barang elektronik, barang listrik, tekstil, karet, minyak kelapa sawit, timah, logam, kayu, kertas, ban, beras, pisang, teh dan gula. Namun, mengingat pencapaian ilmiah dan teknis serta kemajuan Republik Islam Iran di berbagai bidang, masih ada potensi besar untuk lebih mengembangkan kerja sama ekonomi dan komersial antara Iran dan negara-negara anggota ASEAN.
Sebagai upaya pertama untuk membangun hubungan yang terorganisir dengan ASEAN, Republik Islam Iran mengangkat Yang Mulia Bapak Mahmoud Farazandeh, Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia, pada 11 Agustus 2011 sebagai Duta Besar terakreditasi untuk ASEAN. Penggantinya adalah Yang Mulia Bapak Valiollah Mohammadi sebagai yang kedua – dan saat ini Yang Mulia Bapak Mohammad Azad, yang telah menyerahkan kreditnya kepada Dato Paduka Lim Jock Hoi, Sekretaris Jenderal ASEAN pada 10 Februari 2020 adalah Duta Besar ketiga Republik Islam Iran untuk ASEAN.
Pada tahun 2016, negara-negara anggota ASEAN menyetujui aksesi Republik Islam Iran ke TAC dan pada Agustus 2018, negara ini diratifikasi oleh Majelis Permusyawaratan Islam. Dalam AMM (Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN) ke-50 di Singapura, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran yang terhormat menandatangani dokumen aksesi dan Iran secara resmi bergabung dengan TAC.
Konsensus di negara-negara ASEAN mengenai penerimaan Iran sebagai anggota TAC menunjukkan pemahaman tentang pentingnya berinteraksi dengan Iran sebagai kekuatan regional yang penting dan berpengaruh dalam pembangunan internasional.
ECO dan ASEAN
Republik Islam Iran selalu menyambut baik perluasan hubungan antara Organisasi Kerjasama Ekonomi (ECO) dan ASEAN, dan telah aktif dalam semua Pertemuan Puncak ECO dan ASEAN, yang berlangsung di sela-sela pertemuan tahunan para Majelis Umum PBB. Mengingat kepemimpinan Republik Islam Iran atas ECO, perluasan hubungan antara ECO dan ASEAN telah menjadi prioritas Kedutaan Besar Iran di Indonesia.